Jumat, 09 Agustus 2013

Silsilah Joko Tingkir Hingga Kiyai Sholih Rengel Tuban Jatim

Silsilah ini saya buat bukan untuk kesombongan pribadi semata, melainkan dengan tujuan agar bisa menjalin hubungan sesama saudara seiman yaitu islam, lebih-lebih sesama satu turunan joko tingkir.
Suatu hari ada kawan saya bercerita bahwa dirinya pernah suatu ketika masih mencari ilmu di pondok pesantren hampir saja saling terjadi saling bunuh. Tapi entah kenapa moment itu gagal.
Dan anggaplah bisikan iblis itu gagal. Tetapi disuatu hari pas menjelang maghrib saatnya berbuka puasa di bulan Romadhon entah ada angin apa, tiba2 ingin bersilaturahmi di keluarga yang walaupun satu kabupaten, namun jarak cukup jauh, tetapi jalinan orang tuanya sangat-sangatlah dekat. Memang dasar darah kiyai memang begitu. Nah karena mamang saatnya berbuka sehingga haruslah mampir dulu ke kelurga untuk bisa berbuka.
Singkat cerita :
“Assalamu ‘alaikum“ mulailah untuk bertamu. Katakan saja nama yang bertamu tadi “Zaidun”.
“Wa’alaikum salam ..., warohmatullaahi wabarokatuh, eeee kowe lho dun ... , ‘ko omah to e’ko ndi kok dalu“ sambut si tuan rumah dengan ramah, sebut saja  namanya Kiyai Ahmad.
“Saking pondok, pak lik” jawabnya
“Lha .., kowe wis buko to durung dun. Yen durung, nhang kono ning njero buko karo adikmu” lanjut Kiyai ahmad.
“Nggik, lik” sahut Zaidun sambil mikir, adikku sopo ... !?. sambil jalan menuju ruangan keluarga tempat buka puasa dihidangkan.
“ Kowe hyo wis kenal ambek Zamroni, dun ?” tanya Kiyai Ahmad memang belum pernah memperkenalkan anaknya kepada Zaidun.
Tiba tiba Zamroni keluar dari kamar menuju ruang makan / buka puasa. Zaidun mundur sedikit. Kaget. “Lho” benaknya. Hampir saja perang barata yudha dengan anak ini (zamroni), yang masing masing kala itu sudah siap dengan pedang (parang) sebagai senjata handal masing masing. Zaidun tersenyum simpul “sampun, pak lik” jawabnya begitu pula Zamroni. Dan ... spontan berdua saling bermaaf-maafan tanpa ada perintah siapapun. Mereka berdua malu. “sepurane kang yo .. wingi nane !”

Nha, inilah salah satu bagian tujuan silsilah saya buat, “jauhkanlah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.
Maaf beribu maaf saya tidak pandai menulis apalagi bergaya satra. Sehingga kalimatnya belepotan. Asal-asalan.
Jika ada kritik,  saran yang membangun dan lebih lebih membantu menyempurnakan semua yang ada disini, saya membuka lebar untuk kalian semua.

Saya yakin turunan “Joko Tingkir” di Nusantara ini tidak sedikit jumlahnya, karena itu barangkali ada cabang silsilah berbeda maka insyaAllah saya siap untuk menambahkan disini.