Silsilah ini saya buat bukan untuk kesombongan pribadi
semata, melainkan dengan tujuan agar bisa menjalin hubungan sesama saudara
seiman yaitu islam, lebih-lebih sesama satu turunan joko tingkir.
Suatu hari ada kawan saya bercerita bahwa dirinya
pernah suatu ketika masih mencari ilmu di pondok pesantren hampir saja saling
terjadi saling bunuh. Tapi entah kenapa moment itu gagal.
Dan anggaplah bisikan iblis itu gagal. Tetapi disuatu
hari pas menjelang maghrib saatnya berbuka puasa di bulan Romadhon entah ada angin
apa, tiba2 ingin bersilaturahmi di keluarga yang walaupun satu kabupaten, namun
jarak cukup jauh, tetapi jalinan orang tuanya sangat-sangatlah dekat. Memang
dasar darah kiyai memang begitu. Nah karena mamang saatnya berbuka sehingga
haruslah mampir dulu ke kelurga untuk bisa berbuka.
Singkat cerita :
“Assalamu ‘alaikum“ mulailah untuk bertamu. Katakan saja
nama yang bertamu tadi “Zaidun”.
“Wa’alaikum salam ..., warohmatullaahi wabarokatuh,
eeee kowe lho dun ... , ‘ko omah to e’ko ndi kok dalu“ sambut si tuan rumah dengan
ramah, sebut saja namanya Kiyai Ahmad.
“Saking pondok, pak lik” jawabnya
“Lha .., kowe wis buko to durung dun. Yen durung,
nhang kono ning njero buko karo adikmu” lanjut Kiyai ahmad.
“Nggik, lik” sahut Zaidun sambil mikir, adikku sopo
... !?. sambil jalan menuju ruangan keluarga tempat buka puasa dihidangkan.
“ Kowe hyo wis kenal ambek Zamroni, dun ?” tanya Kiyai
Ahmad memang belum pernah memperkenalkan anaknya kepada Zaidun.
Tiba tiba Zamroni keluar dari kamar menuju ruang makan
/ buka puasa. Zaidun mundur sedikit. Kaget. “Lho” benaknya. Hampir saja perang
barata yudha dengan anak ini (zamroni), yang masing masing kala itu sudah siap
dengan pedang (parang) sebagai senjata handal masing masing. Zaidun tersenyum simpul
“sampun, pak lik” jawabnya begitu pula Zamroni. Dan ... spontan berdua saling bermaaf-maafan
tanpa ada perintah siapapun. Mereka berdua malu. “sepurane kang yo .. wingi
nane !”
Nha, inilah salah satu bagian tujuan silsilah saya
buat, “jauhkanlah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.
Maaf beribu maaf saya tidak pandai menulis apalagi
bergaya satra. Sehingga kalimatnya belepotan. Asal-asalan.
Jika ada kritik, saran yang membangun dan lebih lebih membantu
menyempurnakan semua yang ada disini, saya membuka lebar untuk kalian semua.
Saya yakin turunan “Joko Tingkir” di Nusantara ini
tidak sedikit jumlahnya, karena itu barangkali ada cabang silsilah berbeda maka
insyaAllah saya siap untuk menambahkan disini.
asalamualaikum...salam kenal saya bin cholilurrohman bin fatkhurrahman bin muhammad sholeh rengel, panjeenengan bin sinten?nuwn
BalasHapusAlaikum Salam, wr. wb.
HapusKulo kulon kali Ngerong - Rengel. Bapakmu biyen sering ning nggonku.
Kulo yogane Muntamah yogane Zulaikho (yogo pertama saking mbah Sholeh).
Sampean jalur kenceng, aku jalur bengkong.
Bapakmu & ibuku sepupu cucu dari mbah Sholeh.
Wassalam alaikum
Kiyai Suhada' niku saking pubdi ngeh
HapusIki tulisan ora jls..apa mksd'e..
BalasHapusAssalamualaikum. Ngapunten nderek tanglet, menopo Niki leres Mbah Soleh Rengel (celakipun goa ngerong, Rengel Tuban)?
BalasHapusDalem Asmo Budi, putra saking bapak wapudi bin Darmo(sumurgung Tuban)